KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kita panjatkan kepada Allah subhanahawata’ala yang Maha ‘Alim dan
Maha Bijaksana. Shalawat beserta salam
kita panjatkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad sallallahu-alaihiwasallam,
karena atas , karena atas rahmat dan
hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah
ini penulis sampaikan kepada Pembina mata kuliah Psikologi Kepribadian sebagai
tugas kelompok pada mata kuliah tersebut. Tidak lupa penulis ucapkan terima
kasih kepada Ibu yang telah berjasa mencurahkan ilmu kepada penulis mengajar
mata kuliah Psikologi Kepribadian.
Penulis
memohon kepada ibu dosen khususnya, umumnya para pembaca apabila menemukan
kesalahan atau kekurangan dalam karya tulis ini, baik dari segi bahasanya
maupun isinya, penulis menghrapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
kepada semua pembaca demi lebih baiknya karya-karya tulis yang akan datang.
Bandung, 13
April 2012
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Menurut
Erikson, lingkungan dimana anak hidup sangat penting untuk memberikan
pertumbuhan, penyesuaian, sumber kesadaran diri dan identitas. Erikson percaya
bahwa setiap manusia berjalan melalui sejumlah tahap untuk mencapai pembangunan
penuhnya, berteori delapan tahap, bahwa manusia melewati dari lahir sampai
mati.
Keluarga
pada hakikatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu sistem sosial
yang ada di masyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan mikniatur
dan embrio berbagai unsur sistem sosial manusia. suasana yang kondusif akan
menghasilkan warga masyarakat yang baik karena di dalam keluargalah seluruh
anggota keluarga belajar berbagai dasar kehidupan bermasyarakat.
Perkembangan
peradaban dan kebudayaan, terutama saaat iptek berkembang secara pesat, telah
banyak memberikan pengaruh pada tatanan kehidupan umat manusia, baik yang
bedrsifat positif maupun negatif. Kehidupan keluarga pun, banyak mengalami
perubahan dan berada jauh dari nilai-nilai keluarga yang sesungguhnya. Dalam
kondisi masa kini, yang ditandai dengan modernisasi dan globalisasi, banyak
pihak yang menilaibahwa kondisi kehidupan masyarakat dewasa ini khususnya
generasi mudanya dalam kondisi mengkhawatirkan, dan semua ini berakar dari
kondisi kehidupan dalam keluarga.
Oleh
karena itu, pembinaan terhadap anak sejak dini dalam keluarga merupakan suatu
yang sangat mendasar. Pendidikan agama, budi pekerti, tatakrama, dan
baca-tulis-hitung yang diberikan secara dini di rumah serta teladan dari kedua
orangtuanya akan membentuk kepribadian dasar dan kepercayaan diri anak yang
akan mewarnai perjalanan hidup selanjutnya.
Dalam
hal ini, seorang ibu memegang peranan yang sangat penting dan utama dalam
memberikan pembinaan dan bimbingan (baik secara fisik maupun psikologis) kepada
putra-putrinya dalam rangka menyiapkan generasi penerus yang lebih berkualitas
selaku warga negara (WNI) yang baik dan bertanggungjawab termasuk tanggungjawab
sosial.
Sebagai
makhluk hidup, setiap anggota keluarga setiap saat akan selalu beraktivitas
atau berperilaku (baik yang nampak maupun yang tidak nampak) untuk mencapai
tujuan tertentu ataupun sekedar memenuhi kebutuhan. Adakalanya tujuan atau
kebutuhannya itu tercapai, tetapi mungkin juga tidak, atau adakalnya perilaku
yang nampak itu selaras dengan yang tidak nampak, adakalnya tidak. Dalam
kondisi seperti ini, bukan hal yang mustahil akan menimbulkan masalah/konflik
dan akan mengakibatkan beban mental/stress. Tentu diperlukan pemahaman dan
bimbingan yang tepat untuk membantu mereka.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian pada latar
belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.
Apa teori perkembangan Erikson?
2.
Bagaimana struktur kepribadian dari
Erikson?
3. Bagaimana pengaruh masyarakat dari teori kepribadian erikson?
C. Tujuan
Tujuannya adalah untuk mengetahui teori-tori erikson dan bagaimana
peran keluarga, masyarakat dalam proses perkembangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ERIK
ERIKSON
Erik Erikson (lahir di Frankfurt-am-Main,
Jerman,
15 Juni
1902 – meninggal
di Harwich, Cape Cod, Massachusetts,
Amerika
Serikat, 12 Mei
1994 pada umur 91 tahun)
adalah seorang psikolog
Jerman
yang terkenal dengan teori tentang delapan tahap
perkembangan pada manusia. Sebenarnya Erikson adalah seorang
psikolog Freudian, namun teorinya
lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan
jika dibandingkan dengan para psikolog Freudian lainnya.
Erikson menjadi terkenal karena upayanya dalam mengembangkan teori
tentang tahap perkembangan manusia yang dirintis oleh Freud. Erikson menyatakan
bahwa pertumbuhan manusia berjalan sesuai prinsip epigenetik yang
menyatakan bahwa kepribadian manusia berjalan menurut delapan tahap.
Teori perkembangan kepribadian yang
dikemukakan oleh Erik Erikson merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh
kuat dalam psikologi. Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi
penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan
manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia satu hal yang tidak dilakukan oleh
Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah
ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial dan
fungsi budaya dianggap lebih realistis.
Teori Erikson dikatakan sebagai
salah satu teori yang sangat selektif karena didasarkan pada tiga alasan.
Alasan yang pertama, karena
teorinya sangat representatif dikarenakan memiliki kaitan atau hubungan dengan
ego yang merupakan salah satu aspek yang mendekati kepribadian manusia. Kedua, menekankan pada pentingnya
perubahan yang terjadi pada setiap tahap perkembangan dalam lingkaran
kehidupan, dan yang ketiga atau
yang terakhir adalah menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam
mengabungkan pengertian klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat
memberikan kekuatan/kemajuan dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah
lingkungan.
Melalui teorinya Erikson memberikan
sesuatu yang baru dalam mempelajari mengenai perilaku manusia dan merupakan
suatu pemikiran yang sangat maju guna memahami persoalan ataupun masalah
psikologi yang dihadapi oleh manusia pada jaman modern seperti ini. Oleh
karena itu, teori Erikson banyak digunakan untuk menjelaskan kasus atau hasil
penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan, baik anak, dewasa, maupun
lansia.
B.
STRUKTUR
KEPRIBADIAN
Berikut adalah
ego yang sempurna menurut Erikson
- Faktualitas adalah kumpulan fakta, data, dan metoda yang dapat diverifikasi dengan metoda kerja yang sedang berlaku. Ego berisi kumpulan fakta dan data hasil interaksi dengan lingkungan.
- Universalitas berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan (sens of reality) yang menggabungkan hal yang praktis dan kongkrit dengan pandangan semesta, mirip dengan pronsip realita dari Freud.
- Aktualitas adalah cara baru dalam berhubungan satu dengan yang lain, memperkuat hubungan untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut
Erikson, ego sebagian bersifat taksadar, mengorganisir dan mensitesa pengalaman
sekarang dengan pengalaman diri masa lalu dan dengan diri masa yang akan
datang. Dia menemukan tiga aspek ego yang saling berhubungan, yakni
- Body Ego: Mengacu ke pengalaman orang dengan tubuh/ fisiknya sendiri.
- Ego Ideal: Gambaran mengenai bagaimana seharusnya diri, sesuatu yang bersifat ideal.
- Ego Identity: Gambaran mengenai diri dalam berbagai peran sosial.
Erikson menggambarkan adanya
sejumlah kualitas yang dimiliki ego, yang tidak ada pada psikoanalisis Freud,
yakni kepercayaan dan penghargaan, otonomi dan kemauan, kerajinan dan
kompetensi, identitas dan kesetiaan, keakraban dan cinta, generativitas dan
pemeliharaan, serta integritas. Ego semacam itu disebut juga ego-kreatif, ego
yang dapat menemukan pemecahan kreatif atas masalah baru pada setiap tahap
kehidupan.
Erikson dalam membentuk teorinya
secara baik, sangat berkaitan erat dengan kehidupan pribadinya dalam hal ini
mengenai pertumbuhan egonya. Erikson berpendapat bahwa pandangan-pandangannya
sesuai dengan ajaran dasar psikoanalisis yang diletakkan oleh Freud. Jadi dapat
dikatakan bahwa Erikson adalah seorang post-freudian atau neofreudian. Akan
tetapi, teori Erikson lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan. Hal ini
terjadi karena dia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan terhadap
antropologis yang sangat besar, bahkan dia sering meminggirkan masalah insting
dan alam bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep
struktur mental Freud, dan di lain pihak menambahkan dimensi sosial-psikologis
pada konsep dinamika dan perkembangan kepribadian yang diajukan oleh Freud.
Bagi Erikson, dinamika kepribadian
selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar biologis dan
pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial. Tampak dengan jelas bahwa
yang dimaksudkan dengan psikososial apabila istilah ini dipakai dalam kaitannya
dengan perkembangan. Secara khusus hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan
seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang
berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan
psikologis. Sedangkan konsep perkembangan yang diajukan dalam teori
psikoseksual yang menyangkut tiga tahap yaitu oral, anal, dan genital,
diperluasnya menjadi delapan tahap sedemikian rupa sehingga dimasukkannya
cara-cara dalam mana hubungan sosial individu terbentuk dan sekaligus dibentuk
oleh perjuangan-perjuangan insting pada setiap tahapnya.
Pusat dari teori Erikson mengenai
perkembangan ego ialah sebuah asumsi mengenai perkembangan setiap manusia yang
merupakan suatu tahap yang telah ditetapkan secara universal dalam kehidupan
setiap manusia. Proses yang terjadi dalam setiap tahap yang telah disusun
sangat berpengaruh terhadap “Epigenetic Principle” yang sudah dewasa
atau matang. Dengan kata lain, Erikson mengemukakan persepsinya pada saat itu
bahwa pertumbuhan berjalan berdasarkan prinsip epigenetic.
Bagi Erikson, pendekatan ego merupakan mode yang kreatif,
diadaptasikan pada keadaan sekitar atau menemukan cara-cara untuk mengubah
keadaan sekitarnya. Beberapa tokoh
yang telah memberikan kontribusi substansial pada
psikologi ego baru misalnya Anna Freud, Heinz Hartmann, dan Robert White. Anna Freud
telah membuka pintu pada pola pikir barunya, tetapi dia meneruskan keyakinannya
bahwa psikoanalisis harus menyelidiki tiga sistem kepribadian secara
bersama-sama. Heinz Hartmann (1958, 1964) sungguh-sungguh telah meluncurkan
teori ego baru. Hartmann menegaskan fungsi adaptif ego-dimana
Freud telah menyarankan dalam konsepnya tentang pengujian
realitas dan menunjukkan bagaimana pertahanan ego dapat menyehatkan seperti
juga tujuan-tujuan maladaptif.
Di mana Erikson dalam teorinya
mengatakan melalui sebuah rangkaian kata yaitu :
1. Pada dasarnya setiap perkembangan
dalam kepribadian manusia mengalami keserasian dari tahap-tahap yang telah
ditetapkan sehingga pertumbuhan pada tiap individu dapat dilihat/dibaca untuk
mendorong, mengetahui, dan untuk saling mempengaruhi, dalam radius soial yang lebih
luas.
2. Masyarakat, pada prinsipnya, juga
merupakan salah satu unsur untuk memelihara saat setiap individu yang baru
memasuki lingkungan tersebut guna berinteraksi dan berusaha menjaga serta untuk
mendorong secara tepat berdasarkan dari perpindahan didalam tahap-tahap yang
ada.
Inovasi utama
dari psikologi ego yaitu telah menyatukan pengaruh-pengaruh lingkungan
eksternal ke dalam teori. Hal ini menjelaskan bahwa hasil pengembangan dan
fungsi ego tidak hanya berasal dari proses internal, tetapi juga berasal dari
peristiwa-peristiwa eksternal. Seperti pengalaman sebelumnya dengan mengurus
orang (yang diistilahkan dalam psikologi ego dengan istilah objek) berpengaruh
pada kecakapan anak berikutnya menjadi mandiri dan pada interaksi yang nyaman
dengan orang lain. Relasi objek
adalah istilah yang diberikan pada hubungan dengan orang lain. Psikologi Ego
membantu psikoanalisis menjadi lebih interpersonal dan sosial daripada formula
sebelumnya yang menegaskan bahwa inner processes telah diizinkan.
Teori psikologi
ego menurut erikson kadang-kadang
juga merujuk pada “teori relasi objek”, memperluas cakrawala dari teori
psikoanalisis dengan usulan bahwa penghargaan dan pemeliharaan interaksi dengan
orang dewasa seperti frustrasi dan penghilangan yang dapat berpengaruh pada
anak dan gaya pada masa depannya dari interaksi dengan orang lain, diantara
masa remaja dan masa dewasa awal. Teori-teori ini tidak menolak peranan id dan
superego. Sebenarnya dengan memberi tekanan pada ego, mereka membawanya lebih
kepada keseimbangan dengan struktur kepribadian yang lain.
Ciri khas psikologi ego dari Erikson
dapat diringkas sebagai berikut:
1. Erikson menekankan bahwa kesadaran
individu untuk menyesuaikan diri dengan pengaruh sosial. Pusat perhatian
psikologi ego adalah kemasakan ego yang sehat, alih-alih konflik salah satu
yang neurotic.
2. Erikson berusaha mengembangkan teori
insting dari Freud dengan menambahkan konsep epigenetic kepribadian.
3. Erikson secara eksplisit
mengemukakan bahwa motif mungkin berasal dari impuls id yang tak sadar, namun
motif itu bisa membebaskan diri dari id seperti individu meninggalkan peran sosial dimasa lalunya.
Fungsi ego dalam pemecahan masalah, persepsi, identitas ego, dan dasar
kepercayaan bebas dari id, membangun sistem kerja sendiri yang terlepas dari
sistem kerja id.
4. Erikson menganggap ego sebagai
sumber kesadaran diri seseorang. Selama menyesuaikan diri dengan realita, ego
mengembangkan perasaan keberlanjutan diri dengan masa lalu dan masa yang akan
datang.
C.
PENGARUH
MASYARAKAT
Walaupun
kapasitas yang dibawa sejak lahir penting dalam perkembangan kepribadian,
bagian terbesar ego muncul dan dibentuk oleh masyarakat. Ego muncul bersama
kelahiran sebagai potensi yang harus ditegakkan di dalam lingkungan kultural.
Masyarakat yang berbeda, dengan perbedaan kebiasaan cara mengasuh anak,
cenderung membentuk kepribadian yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai
budayanya.
Dalam bukunya yang berjudul “Childhood
and Society” tahun 1963, Erikson membuat sebuah bagan untuk mengurutkan
delapan tahap secara terpisah mengenai perkembangan ego dalam psikososial, yang
biasa dikenal dengan istilah “delapan tahap perkembangan manusia”. Erikson
berdalil bahwa setiap tahap menghasilkan epigenetic. Epigenetic berasal dari
dua suku kata yaitu epi yang artinya “upon” atau sesuatu yang sedang
berlangsung, dan genetic yang berarti “emergence” atau kemunculan.
Gambaran dari perkembangan cermin
mengenai ide dalam setiap tahap lingkaran kehidupan sangat berkaitan dengan
waktu, yang mana hal ini sangat dominan dan karena itu muncul, dan akan selalu
terjadi pada setiap tahap perkembangan hingga berakhir pada tahap dewasa,
secara keseluruhan akan adanya fungsi atau kegunaan kepribadian dari setiap tahap
itu sendiri.
Selanjutnya, Erikson berpendapat
bahwa tiap tahap psikososial juga disertai oleh krisis. Perbedaan dalam setiap
komponen kepribadian yang ada didalam tiap-tiap krisis adalah sebuah masalah
yang harus dipecahkan/diselesaikan. Konflik adalah sesuatu yang sangat vital
dan bagian yang utuh dari teori Erikson, karena pertumbuhan dan perkembangan
antar personal dalam sebuah lingkungan tentang suatu peningkatan dalam sebuah
sikap yang mudah sekali terkena serangan berdasarkan fungsi dari ego pada
setiap tahap.
Erikson percaya “epigenetic
principle” akan mengalami kemajuan atau kematangan apabila dengan jelas
dapat melihat krisis psikososial yang terjadi dalam lingkaran kehidupan setiap
manusia yang sudah dilukiskan dalam bentuk sebuah gambar Di mana gambar
tersebut memaparkan tentang delapan tahap perkembangan yang pada umumnya
dilalui dan dijalani oleh setiap manusia secara hirarkri seperti anak tangga.
Di dalam kotak yang bergaris diagonal menampilkan suatu gambaran mengenai
adanya hal-hal yang bermuatan positif dan negatif untuk setiap tahap secara
berturut-turut. Periode untuk tiap-tiap krisis, Erikson melukiskan mengenai
kondisi yang relatif berkaitan dengan kesehatan psikososial dan cocok dengan
sakit yang terjadi dalam kesehatan manusia itu sendiri.
Seperti telah dikemukakan di atas
bahwa dengan berangkat dari teori tahap-tahap perkembangan psikoseksual dari
Freud yang lebih menekankan pada dorongan-dorongan seksual, Erikson
mengembangkan teori tersebut dengan menekankan pada aspek-aspek perkembangan
sosial. Melalui teori yang dikembangkannya yang biasa dikenal dengan sebutan Theory
of Psychosocial Development (Teori Perkembangan Psikososial), Erikson tidak
berniat agar teori psikososialnya menggantikan baik teori psikoseksual Freud
maupun teori perkembangan kognitif Piaget. Ia mengakui bahwa teori-teori ini
berbicara mengenai aspek-aspek lain dalam perkembangan. Selain itu di sisi lain
perlu diketahui pula bahwa teori Erikson menjangkau usia tua sedangkan teori
Freud dan teori Piaget berhenti hanya sampai pada masa dewasa.
Meminjam kata-kata Erikson melalui
seorang penulis buku bahwa “apa saja yang tumbuh memiliki sejenis rencana
dasar, dan dari rencana dasar ini muncullah bagian-bagian, setiap bagian
memiliki waktu masing-masing untuk mekar, sampai semua bagian bersama-sama ikut
membentuk suatu keseluruhan yang berfungsi. Oleh karena itu, melalui delapan
tahap perkembangan yang ada Erikson ingin mengemukakan bahwa dalam setiap tahap
terdapat maladaption/maladaptif (adaptasi keliru) dan malignansi
(selalu curiga) hal ini berlangsung kalau satu tahap tidak berhasil dilewati
atau gagal melewati satu tahap dengan baik maka akan tumbuh maladaption/maladaptif
dan juga malignansi, selain itu juga terdapat ritualisasi yaitu
berinteraksi dengan pola-pola tertentu dalam setiap tahap perkembangan yang
terjadi serta ritualisme yang berarti pola hubungan yang tidak
menyenangkan.
Perkembangan Kepribadian: Teori Psikososial
Prinsip
Epigenetik
Menurut
Erikson, ego berkembang melalui berbagai tahap kehidupan mengikuti prinsip
epigenetik, istilah yang dipinjam dari embriologi. Perkembangan epigenetik
adalah perkembangan tahap demi tahap dari organ-organ embrio. Ego berkembang
mengikuti prinsip epigenetik, artinya tiap bagian dari ego berkembang pada
tahap perkembangan tertentu dalam rentangan waktu tertentu (yang disediakan
oleh hereditas untuk berkembang). Tahap perkembangan yang satu terbentuk dan
dikembangkan di atas perkembangan sebelumnya (tetapi tidak mengganti
perkembangan tahap sebelumnya itu).
Enam Pokok
Pikiran Teori Perkembangan Psikososial Erikson
- Prinsip Epigenetik: Perkembangan kepribadian mengiuti prinsip epigenetik.
- Interaksi Bertentangan: Di setiap tahap ada konflik psikososial, antara elemen sintonik (syntonic=harmonious) dan distonik (dystonic=disruptive). Kedua elemen itu dibutuhkan oleh kepribadian.
- Kekuatan Ego: Konflik psikososial di setiap tahap hasilnya akan mempengaruhi atau mengembangkan ego. Dari sisi jenis sifat yang dikembangkan, kemenangan aspek sintonik akan memberi ego sifat yang baik, disebut Virtue. Dari sisi enerji, virtue akan meningkatkan kuantitas ego atau kekuatan ego untuk mengatasi konflik sejenis, sehingga virtue disebut juga sebagai kekuatan dasar (basic strengh).
- Aspek Somatis: Walaupun Erikson membagi tahapan berdasarkan perkembangan psikososial, dia tidak melupakan aspek somatis/biologikal dari perkembangan manusia.
- Konflik dan Peristiwa Pancaragam (Multiplicity of Conflict and Event): Peristiwa pada awal perkembangan tidak berdampak langsung pada perkembangan kepribadian selanjutnya. Identitas ego dibentuk oleh konflik dan peristiwa masa lalu, kini, dan masa yang akan datang.
- Di setiap tahap perkembangan, khususnya dari masa adolesen dan sesudahnya, perkembangan kepribadian ditandai oleh krisis identitas (identity crisis), yang dinamakan Erikson “titik balik, periode peningkatan bahaya dan memuncaknya potensi”.
Menurut Erikson delapan tahap
perkembangan yang ada berlangsung dalam jangka waktu yang teratur maupun secara
hirarkri, akan tetapi jika dalam tahap sebelumnya seseorang mengalami
ketidakseimbangan seperti yang diinginkan maka pada tahap sesudahnya dapat
berlangsung kembali guna memperbaikinya.
Delapan tahap atau fase perkembangan
kepribadian menurut Erikson memiliki ciri utama setiap tahapnya adalah di satu
pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, yang berjalan
melalui krisis diantara dua polaritas. Adapun tingkatan dalam delapan tahap
perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia menurut Erikson adalah sebagai
berikut :
Tahap ( usia
)
|
Krisis Psikososial
|
Lingkungan
Sosial Utama
|
Modalities
Psikososial
|
Virtue
Psikososial
|
Maladaption
& Malignancies
|
I ( 0-1) bayi
|
Trust vs
mistrust
|
Ibu
|
Mengambil dan
mengembalikan
|
Harapan ,
kepercayaan
|
Sensory
distortion-Withdrawal
|
II ( 2-3)
awal anak
|
Autonomy vs
shame, adoubt
|
Orangtua
|
Mempertahankan,
merelakan
|
Keinginan,
penentuan
|
Impulsivity,
compulsion
|
III (3-6)
prasekolah
|
Initiative vs
Guilt
|
Keluarga
|
Bermain
|
Kegunaan,
Keberanian
|
Ruthlessness,
Inhibition
|
IV ( 7-12)
anak usia sekolah
|
Industry vs
isolation
|
Tetangga dan
sekolah
|
Melengkapi,
membuat sesuatu bersama
|
Kompetensi
|
Narrow
Virtuosity-Inertia
|
V ( 12-18)
remaja
|
Ego-identity
vs role confusion
|
Teman sebaya,
role models
|
Menjadi diri
sendiri
|
Ketaatan.
Kesetiaan
|
Fanaticism,
Repudiation
|
VI ( 20 )
dewasa awal
|
Intimacy vs
Isolation
|
Partner,
teman
|
Kehilangan
dan menemukan diri dalam orang lain
|
Cinta
|
Promiseuity-
Exclusivity
|
VII ( 20-50)
dewasa madya
|
Generativity
vs self absorption
|
Rumah tangga,
teman kerja
|
Menjaga
|
Kepedulian
|
Overextension,
penolakan
|
VIII( 50)
usia tua
|
Intergrity vs
despair
|
Kehidupan
manusia
|
To be,
throught having been, to face not being
|
Kebijaksanaan
|
Kesombongan,
putus asah
|
Fase Perkembangan
Erikson
Trust vs
Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan)
Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan. dan merasa terancam terus menerus. Hal ini ditandai dengan munculnya frustasi, marah, sinis, maupun depresi.
Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan. dan merasa terancam terus menerus. Hal ini ditandai dengan munculnya frustasi, marah, sinis, maupun depresi.
Otonomi vs
Perasaan Malu dan Ragu-ragu
Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari usia 18 bulan sampai 3 atau 4 tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu.
Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari usia 18 bulan sampai 3 atau 4 tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu.
Inisiatif vs
Kesalahan
Tahap ketiga adalah tahap kelamin-lokomotor (genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun (pra sekolah), dan tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan.
Tahap ketiga adalah tahap kelamin-lokomotor (genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun (pra sekolah), dan tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan.
Kerajinan vs
Inferioritas
Tahap keempat adalah tahap laten yang terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri.
Tahap keempat adalah tahap laten yang terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri.
Identitas vs
Kekacauan Identitas
Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Pencapaian identitas pribadi dan menghindari peran ganda merupakan bagian dari tugas yang harus dilakukan dalam tahap ini. Menurut Erikson masa ini merupakan masa yang mempunyai peranan penting, karena melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat
Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Pencapaian identitas pribadi dan menghindari peran ganda merupakan bagian dari tugas yang harus dilakukan dalam tahap ini. Menurut Erikson masa ini merupakan masa yang mempunyai peranan penting, karena melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat
Keintiman vs
Isolasi
Tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap individu akan memasuki jenjang berikutnya yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Jenjang ini menurut Erikson adalah ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri.
Tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap individu akan memasuki jenjang berikutnya yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Jenjang ini menurut Erikson adalah ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri.
Generativitas
vs Stagnasi
Masa dewasa madya berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Apabila pada tahap pertama sampai dengan tahap ke enam terdapat tugas untuk dicapai, demikian pula pada masa ini dan salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi).
Masa dewasa madya berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Apabila pada tahap pertama sampai dengan tahap ke enam terdapat tugas untuk dicapai, demikian pula pada masa ini dan salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi).
Integritas vs
Keputusasaan
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Dalam teori Erikson, orang yang sampai pada tahap ini berarti sudah cukup berhasil melewati tahap-tahap sebelumnya dan yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan.
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Dalam teori Erikson, orang yang sampai pada tahap ini berarti sudah cukup berhasil melewati tahap-tahap sebelumnya dan yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan.
BAB III
KESIMPULAN
Teori perkembangan kepribadian yang
dikemukakan oleh Erik Erikson merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh
kuat dalam psikologi. Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi
penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan
manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia satu hal yang tidak dilakukan oleh
Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah
ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial dan
fungsi budaya dianggap lebih realistis.
Erikson menggambarkan adanya sejumlah kualitas yang
dimiliki ego yakni kepercayaan dan penghargaan, otonomi dan kemauan, kerajinan
dan kompetensi, identitas dan kesetiaan, keakraban dan cinta, generativitas dan
pemeliharaan, serta integritas. Ego ini dapat menemukan menemukan pemecahan
kreatif atas masalah baru pada setiap tahap kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol.
(2009) Psikologi Kepribadian. Umm Press : Malang
Koeswara,
E. (1991) Teori-teori Kepribadian. Bandung Eresco.
Sumadi
Suryabrata. (2005) Psikologi Kepribadian. Jakarta : CV Rajawali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar