Selasa, 08 Mei 2012

FILSAFAT-PROBLEM BERFIKIR DAN INTERPRETASI BAGI MANUSIA


“PROBLEM BERFIKIR DAN INTERPRETASI BAGI MANUSIA”

Berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak.  Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran kemudian mempunyai wawasan tentang obyek tersebut. Berpikir kritis berarti berpikir secara cepat dan rasional sebagai bentuk tanggapan terhadap lingkungan sekitar sehingga dapat memecahkan masalah dengan baik dan membawa manfaat. Berpikir kritis merupakan kemampuan dan kesediaan untuk membuat penilaian terhadap berbagai pernyataan dan mengambilkan keputusan, yang didasarkan pada alasan dan fakta yang memiliki dukungan yang baik, bukan berdasarkan emosi atau anekdot. Berfikir kritis dapat muncul pada anak yang memiliki keingin tahuan yang tinggi.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa problem itu timbul apabila ada perbedaan atau konflik antara keadaan satu dengan keadaan yang lain dalam rangka mencapai tujuan, atau juga sering dikemukakan apabila ada kesenjangan antara das sein dan das sollen. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam problem solving itu adalah directed, yang mencari pemecahan dan dipacu untuk mencapai pemecahan tersebut. Dalam mencari pemecahan terhadap problem solving itu ada kaidah atau aturan yang akan membawa seseorang kepada pemecahan masalah tersebut. Banyak aturan atau kaidah dalam memecahkan masalah. Ada 2 hal yang pokok, yaitu aturan atau kaidah algoritma dan horistik. Algoritma merupakan suatu perangkat aturan, dan apabila aturan ini diikuti dengan benar maka akan ada jaminan adanya pemecahan terhadap masalahnya. Namun demikian banyak persoalan yang duhadapi oleh seseorang tidak dikenakan aturan algoritma, tetapi dikenai aturan atau kaidah horistik, yaitu merupakan strategi yang biasanya didasarkan atas pengalaman dalam menghadapi masalah. Yang mengarah pada pemecahan masalahnya tetapi tidak memberikan jaminan atas kesuksesan. Strategi umum horistik dalam menghadapi masalah, yaitu bahwa masalah tersebut dianalisis atau dipecah – pecah menjadi masalah – masalah yang lebih kecil, masing – masing mengarah kepada atau mendekati pemecahannya. Menurut Selz metode – metode pemecahan itu penting sekali bagi proses berpikir. Karenanya orang berusaha menemukan atau mengembangkan metode – metode pemecahan yang tepat guna. Dengan begitu dinyatakan adanya prestasi intelegensi bias dididik. Khususnya hal ini terjadi bila jiwa anak atau orang yang bersangkutan sudah cukup matang dalam menerapkan metode pemecahan tersebut. Jadi ada proses kematangan jiwa yang disebut masa – masa peka oleh Montessori. Kesalahan-kesalahan bisa ditelusuri atau diusut, dan metode pemecahan bisa dipelajari.
Dalam proses analisa situasi, dibutuhkan pula proses berfikir /  transfer of training sebab pada hakikatnya berfikir adalah sebuah latihan yg dilakukan secara terus menerus sehingga kerangka logis dan kebiasaan kerja keras dalam berfikir dapat berakibat pada kemajuan berfikir untuk bidang lain. Adapun bentuk2 berfikir dalam hubungannya dengan proses pemecahan masalah:
1.        Berfikir dengan pengalaman, pada bentuk ini seseorang lebih banyak menghimpun pengalaman2 dlm menyelesaikan masalah.
2.        Berfikir representative, pada bentuk ini proses berfikir sangat tergantung pada tanggapan dan ingatan2 saja.
3.        Berfikir creative, bentuk ini menekankan pentingnya menghasilkan temuan2 baru dgn menggunakan metode2 yg telah ada /dgn mengajukan metode baru yg lebih cocok.
4.        Berfikir reproduktif, metode ini dengan memikirkan kembali dan mencocokkan dengan sesuatu yg telah terfikirkan sebelumnya.
5.        Berfikir rasional, dalam menghadapi masalah maka dibutuhkan proses berfikir logis atau menggunakan keaktifan logis.
Berfikir kreatif tidak dimiliki sejak lahir, tapi akan didapat dan ditingkatkan melalui suatu latihan langsung. Otak adalah sebuah mobil yg didesign bagus, tapi perlu pengemudi yg  terlatih, efektif & efisien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar