“PENGERTIAN, HUKUM, ETIKA, FENOMENA
DAN NILAI MAKANAN”
Makanan adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan,
dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dana nutrisi.
Cairan dipakai untuk maksud ini sering disebut minuman,
tetapi kata 'makanan' juga bisa dipakai. Istilah ini kadang-kadang dipakai
dengan kiasan, seperti "makanan untuk pemikiran". Kecukupan makanan
dapat dinilai dengan status gizi secara antropometri.
Makanan yang dibutuh manusia biasanya dibuat melalui bertani atau berkebun yang
meliputi sumber hewan dan tumbuhan. Beberapa orang menolak untuk memakan
makanan dari hewan seperti, daging, telur dan lain-lain. Mereka yang tidak suka
memakan daging dan sejenisnya disebut vegetarian yaitu orang yang hanya memakan sayuran
sebagai makanan pokok mereka.
Hukum Asal(pada dasarnya) semua makanan
adalah halal. Berdasarkan Firman Allah SWT: " Dialah Allah yang telah
menjadikan apa saja yang ada di bumi ini." Maka tidak diharamkanlah suatu
makanan kecuali apa yang ditunjukan keharamannya dalam Alquran dan hadis Nabi
ataupun Qiyas yang benar.
Dan senantiasalah Syari'at Islam
mengharamkan sebagian makanan itu karena makanan itu mempunyai bahaya terhadap
tubuh atau karena bisa mempengaruhi tabiat/karakter manusia atau karena bisa
merusak akal manusia. Prof. Dr. Zakiah Daradjat menyebutkan dalam bukunya (Ilmu Fiqih JIlid I)
bahwa banyak hadist yang mengharamkan makanan makanan tertentu, seperti
binatang yang makan kotoran, ular, binatang yang hidup di air dan darat, tikus
dan sebagainya, tetapi nilai hadistnya diperselisihkan oleh para ulama.
Etika ketika sedang Makan ialah sebagai berikut: Memulai makan dengan mengucapkan basmalah,
Mengakhiri makan dengan memuji Allah Ta‘ala, Ia makan dengan tiga jari tangan
kanannya, mengecilkan suapan, mengunyah makanan dengan baik, makan dari makanan
yang dekat dengannya (pinggir) dan tidak makan dari tengah piring, karena dalil
berikut Rasulullah saw. bersabda
kepada Umar bin Salamah,"Hai anak muda, sebutlah nama Allah, makanlah
dengan tangan kananmu, dan makanlah dari makanan yang dekat denganmu
(pinggir)." (Muttafaq Alaih), Mengunyah makanan dengan baik, menjilat
piring makanannya sebelum mengelapnya dengan kain, atau mencucinya dengan air, Jika
ada makanannya yang jatuh, ia mengambil dan memakannya, Tidak meniup makanan
yang masih panas, memakannya ketika telah dingin, tidak bernafas di air ketika
minum, dan bernafas di luar air hingga tiga kali, Menghindari kenyang yang
berlebih-lebihan, Memberikan makanan atau minuman kepada orang yang paling tua,
kemudian memutarnya kepada orang-orang yang berada di sebelah kanannya dan
seterusnya, dan ia menjadi orang yang terakhir kali mendapatkan jatah minuman, Ia
tidak memulai makan, atau minum, sedang di ruang pertemuannya terdapat orang
yang lebih berhak memulainya, karena usia atau karena kelebihan kedudukannya, Tidak
memaksa teman atau tamunya dengan berkata kepadanya, ‘silakan makan', namun ia
harus makan dengan etis (santun) sesuai dengan kebutuhannya tanpa merasa malu-malu,
atau memaksa diri malu-malu, sebab hal tersebut menyusahkan teman atau tamunya,
dan termasuk riya', padahal riya' itu diharamkan.
Ada perasaan risih ketika saya hadir di
sebuah pesta perkawinan. Para tamu makan dan minum sambil berdiri, bahkan sambil
berjalan dan mengobrol dengan tamu lainnya. Risih karena sebenarnya makan dan
minum sambil berdiri itu tidak patut, seperti hewan makan sambil berdiri saja.
Meskipun makan dan minum sambil berdiri itu tidak berdosa (hukumnya mubah atau
boleh), namun para ulama sepakat menyatakan bahwa yang utama adalah makan dan
minum sambil duduk
Agar makanan dapat
layak dan sehat untuk
dikonsumsi oleh manusia maka makanan tersebut
akan diolah atau diproses dengan tahapan atau cara tertentu. Namun terkadang
proses pengolahan makanan itu menyebabkan kandungan gizi dari makanan tersebut
berkurang. Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan berkurangnya nilai
makanan: Memasak bahan makanan.
Mencuci beras secara berlebihan (berkali-kali) akan banyak menghilangkan
kandungan vitamin B pada beras. Menjemur makanan. Vitamin
C dan Vitamin B2 pada
makanan akan rusak karena proses oksidasi. Pengeringan. Pengeringan pada ikan atau daging yang berlemak
akan menimbulkan ketengikan karena proses oksidasi. Pengalengan. Proses pengalengan yang tidak higienis akan
menimbulkan bakteri dan jamur sehingga akan meracuni makanan dan tidak layak
untuk dikonsumsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar