“PANDANGAN
ISLAM TENTANG PROSES BERPIKIR DALAM AKTIFITAS BERFILSAFAT”
Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani
dari kata “philo” berarti cinta dan” sophia” yang berarti kebenaran, sementara
itu menurut I.R. Pudjawijatna (1963 : 1) “Filo artinya cinta dalam arti yang
seluas-luasnya, yaitu ingin dan karena ingin lalu berusaha mencapai yang
diinginkannya itu . Sofia artinya kebijaksanaan , bijaksana artinya pandai,
mengerti dengan mendalam, jadi menurut namanya saja Filsafat boleh dimaknakan
ingin mengerti dengan mendalam atau cinta dengan kebijaksanaan.
Kecintaan pada kebijaksanaan haruslah dipandang sebagai
suatu bentuk proses, artinya segala upaya pemikiran untuk selalu mencari
hal-hal yang bijaksana, bijaksana di dalamnya mengandung dua makna yaitu baik
dan benar, baik adalah sesuatu yang berdimensi etika, sedangkan benar adalah
sesuatu yang berdimensi rasional, jadi sesuatu yang bijaksana adalah sesuatu
yang etis dan logis. Dengan demikian berfilsafat berarti selalu berusaha untuk
berfikir guna mencapai kebaikan dan kebenaran, berfikir dalam filsafat bukan
sembarang berfikir namun berpikir secara radikal sampai ke akar-akarnya, oleh
karena itu meskipun berfilsafat mengandung kegiatan berfikir, tapi tidak setiap
kegiatan berfikir berarti filsafat atau berfilsafat. Sutan Takdir Alisjahbana
(1981) menyatakan bahwa pekerjaan berfilsafat itu ialah berfikir, dan hanya
manusia yang telah tiba di tingkat berfikir, yang berfilsafat.
Bila dilihat dari
aktivitasnya filsafat merupakan suatu cara berfikir yang mempunyai
karakteristik tertentu. Menurut Sutan Takdir Alisjahbana syarat-syarat berfikir
yang disebut berfilsafat yaitu : a) Berfikir dengan teliti, dan b) Berfikir
menurut aturan yang pasti. Dua ciri tersebut menandakan berfikir yang insaf,
dan berfikir yang demikianlah yang disebut berfilsafat. Sementara itu Sidi
Gazalba (1976) menyatakan bahwa ciri ber-Filsafat atau berfikir Filsafat adalah
: radikal, sistematik, dan universal. Radikal bermakna berfikir sampai ke
akar-akarnya (Radix artinya akar), tidak tanggung-tanggung sampai dengan
berbagai konsekwensinya dengan tidak terbelenggu oleh berbagai pemikiran yang
sudah diterima umum, Sistematik artinya berfikir secara teratur dan logis
dengan urutan-urutan yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan, Universal
artinya berfikir secara menyeluruh tidak pada bagian-bagian khusus yang
sifatnya terbatas.
Sementara itu Sudarto
(1996) menyatakan bahwa ciri-ciri berfikir Filsafat adalah :
a.
Metodis: menggunakan
metode, cara, yang lazim digunakan oleh filsuf (akhli filsafat) dalam proses
berfikir.
b.
Sistematis: berfikir
dalam suatu keterkaitan antar unsur-unsur dalam suatu keseluruhan sehingga
tersusun suatu pola pemikiran Filsufis.
c.
Koheren: diantara
unsur-unsur yang dipikirkan tidak terjadi sesuatu yang bertentangan dan
tersusun secara logis.
d.
Rasional: mendasarkan
pada kaidah berfikir yang benar dan logis (sesuai dengan kaidah logika).
e.
Komprehensif: berfikir
tentang sesuatu dari berbagai sudut (multidimensi).
f.
Radikal: berfikir secara
mendalam sampai ke akar-akarnya atau sampai pada tingkatan esensi yang
sedalam-dalamnya.
g.
Universal: muatan
kebenarannya bersifat universal, mengarah pada realitas kehidupan manusia
secara keseluruhan.
Dengan demikian
berfilsafat atau berfikir filsafat bukanlah sembarang berfikir tapi berfikir
dengan mengacu pada kaidah-kaidah tertentu secara disiplin dan mendalam. Pada
dasarnya manusia adalah homo sapien, hal ini tidak serta merta semua manusia
menjadi Filsuf, sebab berfikir filsafat memerlukan latihan dan pembiasaan yang
terus menerus dalam kegiatan berfikir sehingga setiap masalah/substansi
mendapat pencermatan yang mendalam untuk mencapai kebenaran jawaban dengan cara
yang benar sebagai manifestasi kecintaan pada kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar