“HAKIKAT
MANUSIA DALAM ISLAM”
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi
nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling
sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib
bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.
Manusia menurut pandangan al-Quran, al-Quran tidak menjelaskan asal-usul
kejadian manusia secara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya menjelaskan
mengenai prinsip-prinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat
dalam surat Nuh 17, Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran
59, As-Sajdah 7-9, Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5.
Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan
bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal
ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam
unsure kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses
selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Manusia yang sekarang
ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan
pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari
rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara permatozoa
dengan ovum.
Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah, umumnya
dipahami secara lahiriah. Hal ini itu menimbulkan pendapat bahwa manusia
benar-benar dari tanah, dengan asumsi karena Tuhan berkuasa, maka segala
sesuatu dapat terjadi. Akan tetapi ada sebagian umat islam yang berpendapat
bahwa Adam bukan manusia pertama. Pendapat tersebut didasarkan atas asumsi
bahwa: Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah tidak
berarti bahwa semua unsure kimia yang ada dalam tanah ikut mengalami reaksi
kimia. Hal itu seperti pernyataan bahwa tumbuh-tumbuhan bahan makanannya dari
tanah, karena tidak semua unsur kimia yang ada dalam tanah ikut diserap oleh
tumbuh-tumbuhan, tetapi sebagian saja. Oleh karena itu bahan-bahan pembuk
manusia yang disebut dalam al-Quran hanya merupakan petunjuk manusia yang
disebut dalam al-Quran , hanya merupakan petunjuk dimana sebenarnya bahan-bahan
pembentuk manusia yaitu ammonia, menthe, dan air terdapat, yaitu pada tanah,
untuk kemudian bereaksi kimiawi. Jika dinyatakan istilah “Lumpur hitam yang
diberi bentuk” (mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang terdapat pada
Lumpur hitam yang kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia). Sedangkan kalau
dikatakan sebagai tembikar yang dibakar , maka maksudnya adalah bahwa proses
kejadiannya melalui oksidasi pembakaran. Pada zaman dahulu tenaga yang
memungkinkan terjadinya sintesa cukup banyak dan terdapat di mana-mana seperti
panas dan sinar ultraviolet.
Ayat yang menyatakan ( zahir ayat ) bahwa jika Allah menghendaki sesuatu
jadi maka jadilah ( kun fayakun ), bukan ayat yang menjamin bahwa setiap yang
dikehendaki Allah pasti akan terwujud seketika. Dalam hal ini harus dibedakan
antara kalimat kun fayakun dengan kun fa kana. Apa yang dikehendaki Allah pasti
terwujud dan terwujudnya mungkin saja melalui suatu proses. Hal ini
dimungkinkan karena segala sesuatu yang ada didunia juga mengalami prosi yang
seperti dinyatakan antara lain dalam surat al-A’la 1-2 dan Nuh 14.
Jika diperhatikan surat Ali Imran 59 dimana Allah menyatakan bahwa
penciptaan Isa seperti proses penciptaan Isa seperti proses penciptaan Adam,
maka dapat menimbulkan pemikiran bahwa apabila isa lahir dari sesuatu yang
hidup, yaitu maryam, maka Adam lahir pula dari sesuatu yang hidup sebelumnya.
Hal itu karena kata “tsumma” yang berarti kemudian, dapat juga berarti suatu
proses.
Sumber: http://tafany.wordpress.com/2007/10/27/hakikat-manusia-menurut-islam-by-ana-a-apriyati-muhammad-siti-khotipah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar