Selasa, 08 Mei 2012

FILSAFAT-PANDANGAN FILSAFAT TENTANG PROSES BERPIKIR BAGI MANUSIA


"PANDANGAN FILSAFAT TENTANG PROSES BERPIKIR BAGI MANUSIA"

     Sejauh ini hampir semua kemampuan pemikiran (thought) manusia didominasi oleh pendekatan filsafat. Pengetahuan manusia yang dihasilkan melalui proses berpikir selalu digunakannya untuk menyingkap tabir ketidaktahuan dan mencari solusi masalah kehidupan. Akan tetapi, sebelum sampai pada pembicaraan ilmu pengetahuan, seharusnya yang harus dibicarakan terlebih dahulu ialah mengenai bagaimana proses berpikir manusia (thinking process) sehingga dapat menghasilkan pengetahuan pada manusia. Pengetahuan pada manusia secara garis besar terbagi kedalam dua bagian. Pertama, konsepsi (tassawur) yaitu pengetahuan sederhana dan kedua, pembenaran (thasdiq) yaitu pengetahuan yang mengandung suatu penilaian. Artinya, proses berpikir yang manusia lakukan melalui dua tahapan yang saling melengkapi yaitu; pengetahuan yang pertama kali muncul berupa konsepsi (tassawur) atau pengetahuan sederhana dan seterusnya manusia melalui pikirannya melakukan pembenaran (thasdhiq) atau dari pengetahuan sederhana (tassawur) sampai kepada ilmu pengetahuan, pengetahuan sederhana itu diberi pembenaran sesuai dengan keyakinan manusia yang diyakininya.
     Perlunya penilaian dalam pembangunan ilmu pengetahuan alasannya adalah agar pembenaran yang dilakukan terhadap ilmu pengetahuan dapat diterima sebagai pembenaran secara umum. Sampai sejauh ini, didunia akademik panutan pembenaran ilmu pengetahuan dilandaskan pada proses berpikir secara ilmiah. Oleh karena itu, proses berpikir di dunia ilmiah mempunyai cara-cara tersendiri sehingga dapat dijadikan pembeda dengan proses berpikir yang ada diluar dunia ilmiah. Dengan alasan itu berpikir ilmiah dalam ilmu pengetahuan harus mengikuti cara filsafat pengetahuan atau epistemologi, sementara dalam epistemologi dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah disebut filsafat ilmu.
Filsafat  dalam perkembangannya dipengaruhi oleh pemikiran yang dipakai dalam membangun ilmu pengetahuan, tokoh pemikir dalam filsafat ilmu yang telah mempengaruhi pemikiran sains modern yaitu Rene Descartes (aliran rasionalitas) dan John Locke (aliran empirikal) yang telah meletakkan dasar rasionalitas dan empirisme pada proses berpikir. Cara berpikir filsafat :
a. Kritis Adalah sikap yang senantiasa mempertanyakan sesuatu (berdialog), mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak, hingga akhirnya di temukan hakikat.
b.  Rasional adalah Sumber penggetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal), selalu menggunakan nalar ketika berpikir atau bertindak atau kegiatan yang mempergunakan kemampuan pikiran untuk menalar yang berbeda dengan aktivitas berdasarkan perasaan dan naluri.
c. Logis merupakan Sikap yang digunakan untuk melakukan pembuktian, berpikir sesuai kenyataan atau kegiatan berpikir yang berjalan menurut pola, alur dan kerangka tertentu.
d. Konseptual Merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia, menyingkirkan hal-hal khusus, konkrit, individual, sehingga terbentuk konsep dan teori yang terumuskan secara obyektif, permanen dan universal.
e. Radikal adalah Berpikir mendalam atau sampai ke akar-akarnya sampai pada hakikat atau substansi yang dikirkan.
f. Koheren merupakan Berpikir secara konsisten, tidak acak, tidak kacau, dan tidak fragmentaris, atau sesuai dengan kaidah berpikir logis, menganggap suatu pernyataan benar bila didalamnya tidak ada pertentangan, bersifat koheren dan konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar.
g. Sistematis merupakan Pendapatnya saling berhubungan secara teratur dan terkandung ada maksud dan tujuan tertentu.
h. Komperhensif yang merupakan dari Mencakup atau menyeluruh dalam menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
i. Spekulatif adalah Cara berpikir sistematis tentang segala yang ada, memahami bagaimana menemukan totalitas yang bermakna dari realitas yang berbeda dan beraneka ragam, atau disebut juga upaya mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berpikir dan keseluruhan pengalaman.
j. Bebas yaitu Berpikir sampai batas-batas yang luas, tidak terkekang, bebas dari prasangka sosial, historis, kultural, bahkan religius.

SUMBER: http://pujanggawati.blogspot.com/2010/02/makalah-filsafat-semester-3.html

1 komentar: